Malam
itu gw sendirian pergi mencari rumah dukun itu. Setelah sempat
muter-muter nanya sana-sini, akhirnya gw tiba di sebuah rumah sederhana
yang nyaris tidak terlihat dari jalan raya. Halamannya yang luas dan
tertutup rimbunnya pohon-pohon mangga membuat suasana menjadi sejuk dan
tenang. Setelah beberapa kali mengetuk pintu, seorang wanita setengah
baya dengan senyum ramahnya membukakan pintu.
“Permisi, apa benar ini rumahnya Mbak Ayik ( nama samaran juga )?” tanya kemudian.
“Oh
iya, saya sendiri. Silakan masuk, Pak!” Setelah dipersilakan duduk,
tanpa basa-basi gw segera memperkenalkan diri dan langsung mengutarakan
maksud kedatanganku.
“Ooo, jadi Pak Andika ini juga pengen jadi PNS tohhhh?”
“Iya
Mbak! Saya juga sudah membawa sebotol madu murni sebagai syarat, seperti
yang dikatakan teman saya.” Gw menyodorkan satu botol madu murni kepada
Mbak Ayik .
“Kalau
begitu, silakan Pak Andika ikut saya ke dalam!” Mbak Ayik beranjak dari
duduknya sambil membawa botol madu yang gw berikan tadi. Beliau
berjalan menuju ke sebuah kamar di ujung ruangan. Dari belakang gw
membuntutinya sambil memperhatikan gerakan pantat montoknya yang
membuatku menelan ludah.
Sesampainya di dalam ruangan yang redup itu, Mbak Ayik menutup pintu dan menyuruhku membuka pakaianku.
“Maaf ya Pak Pak ! Tolong pakaiannya di lepas dan silakan berbaring di ranjang itu! Kita akan segera memulai ritualnya!”
“Semuanya, Mbak?” tanyaku malu-malu.
Mbak
Ayik tersenyum, “Pak Andika gak usah malu. Anggap saja saya tidak ada.
Toh ini kan juga demi cita-cita Pak Andika !” Mbak Ayik benar, pikirku.
Lagi pula gw sudah terlanjur datang ke sini, jadi gw tidak perlu malu
lagi.
Sementara Mbak Ayik menyiapkan kelengkapan ritual, gw segera
menanggalkan semua busanaku kemudian berbaring di atas ranjang yang
tidak terlalu empuk itu. Beberapa saat kemudian, dengan sebotol madu di
tangannya, Mbak Ayik datang dan duduk di sampingku. Sesaat gw sempat
melihat Mbak Ayik mengamati tubuh telanjangku. Pandangannya terkesan
liar, seolah tengah melihat ayam panggang yang siap untuk di santap.
Dengan
duduk bersimpuh di sampingku, Mbak Ayik mulai menuangkan madu murni itu
ke sekujur tubuhku. Gw memejamkan mata saat tangan lembut Mbak Ayik
mulai menyentuh dada gw, meratakan madu yang lengket itu ke setiap sudut
tubuhku. Jemarinya yang lentik dengan lihai menari-nari, meremas-remas
dada bidangku dan putingnya, dan mempermainkan bulu-bulu halus yang
tumbuh di atasnya. Gw menggigit bibirku sendiri, mencoba mengendalikan
aliran darahku yang bergejolak menuju ke arah pangkal paha gw.
“Pak Andika sudah punya pacar?” tanya Mbak Ayik memecah keheningan.
“Eh, saya baru menikah enam bulan yang lalu, Mbak!”
“ehmmm… jadi masih pengantin baru to! Wah, lagi panas-panasnya dong, Pak !” kata Mbak Ayik meledek.
“Ah,
Mbak Ayik ini bisa saja!” Tanpa sengaja tanganku menyentuh lutut Mbak
Ayik ketika beliau memindahkan tanganku yang tadi menutupi kemaluanku.
Gw juga sempat melirik pahanya yang sedikit tersingkap. Wah, mulus juga
pahanya, pikirku. Tanganku jadi betah berlama-lama di atas paha mulus
itu. Mbak Ayik membiarkannya ketika tanganku mengelusnya. Bahkan beliau
malah melebarkan pahanya. Seolah memberikan tanganku peluang untuk
bergerak menelusuri paha bagian dalamnya.
Darahku
semakin mendidih manakala dengan lincahnya jemari Mbak Ayik turun ke
perutku, membelai bulu-bulu halusnya dan memijat perutku, yang keras dan
liat.
“Wah… badan Pak Andika kekar juga yah? Tinggi lagi. Pasti Pak Andika rajin olah raga.”
“Ya,
setiap enam hari dalam seminggu, setiap pagi dan sore saya usahakan
untuk olah raga meskipun hanya sejam. Biasanya sih saya rutin fitnes.”
“wahhhh.. pantesan adik Pak Andika gede!”
“Maksud Mbak Ayik , adik yang mana?” tanyaku pura-pura bodoh.
“Maksud
saya adik yang ini…..” kata Mbak Ayik sambil meremas kejantananku tanpa
rasa canggung. Ada rasa kaget sekaligus senang dengan perlakuan Mbak
Ayik . Beliau dengan lembut melumuri kejantananku dengan madu, kemudian
mengocoknya pelan.
“opsttt
… Mbak! Enak…!” gw melenguh nikmat. Gw juga semakin berani dengan
menyingkap roknya dan memilin pahanya lebih jauh lagi. Dan ternyata Mbak
Ayik menanggapi positif tindakanku itu. Terbukti dengan ia sedikit
mengangkat pantatnya agar gw bisa mencapai pangkal pahanya. Wow! Sekali
lagi gw terkejut sekaligus senang manakala tanganku menyentuh
rambut-rambut halus di antara pangkal paha Mbak Ayik . Ternyata beliau
sudah tidak memakai celana dalam.
Perlahan-lahan
gw mulai menggosok bibir memek Mbak Ayik yang sudah basah itu dengan
jariku. Mbak Ayik bertambah kelojotan dan semakin bersemangat mengocok
batang kontolku. Perlahan-lahan batang kejantananku itu mulai membesar
dan mengeras. Tanpa rasa jijik, Mbak Ayik mulai menjilati sisa-sisa madu
yang menempel di sekitar pangkal paha gw, melumat buah zakarku,
kemudian bergerak naik menyapu urat-urat kontolku yang sudah
bertonjolan.
“Gimana Pak Pak ? Enak kan?” tanya Mbak Ayik di sela-sela aksinya.
“Ahh…
nikmat banget Mbak! Saya belum pernah merasakan senikmat ini!” Gw
memang belum begitu berpengalaman dalam hal sex. Selama berhubungan
dengan isteriku, kami hanya melakukan dengan cara konvensional saja.
Namun kali ini Mbak Ayik memberikan pelajaran baru yang ekstrim. Ekstrim
enak… Terbukti ketika Mbak Ayik dengan lembut memasukkan ujung kontolku
ke mulut mungilnya, langsung saja berjuta kenikmatan menghampiriku.
“ohhhhh..yeahhh
nak, Mbak!” nafasku semakin memburu. gw merintih-rintih nikmat, namun
Mbak Ayik masih asyik mempermainkan kontolku di dalam rongga mulutnya.
Gw juga semakin berani. Kutarik roknya sampai terlepas. Bahkan Mbak Ayik
juga turut melepaskan kaosnya sendiri. Gila! Di usianya yang sudah
tidak muda lagi, ternya Mbak Ayik masih memiliki tubuh yang bagus.
Kulitnya putih mulus, Tokednya yang kencang dan montok, serta pantatnya
yang bulat menggemaskan membuatku seolah ingin mengunyahnya. Oh, sungguh
seksi sekali dukun ini.
“wakzzz….
kontol Pak Andika memang luar biasa besarnya. Hhhmmmm…. saya memang
sudah lama mendambakan kontol sebesar ini.Hhhmmm…!” dengan rakus Mbak
Ayik kembali melumat kejantananku. Kali ini beliau mengangkangi tubuhku
dan menyodorkan memeknya tepat ke wajahku. Dengan naluriku, gw
mendekatkan mulutku ke memek Mbak Ayik yang merekah merah. Bau harum
yang keluar sangat merangsang syaraf otakku untuk menjilatnya.
Perlahan-lahan kujulurkan lidahku, dan kusapu permukaan memeknya dengan lembut.
“ohhhhh..yahhhhh… begitu Pak ! Jilat terus punya saya….!Oooghhh…tuhan!”
Mbak
Ayik bertambah semangat mempermainkan kontolku di dalam mulutnya.
Sementara tangannya mengocok batang kontolku, kepalanya juga bergerak
naik turun. Sesekali beliau menyedot-nyedot ujung kontolku kuat-kuat.
Cukup lama kami dalam posisi ini, saling menjilat, mengulum dan mengocok
kemaluan masing-masing.
Berapa saat kemudian Mbak Ayik melepaskan kulumannya.
“Gimana, Pak Andika Suka kan?” tanya Mbak Ayik sambil tersenyum pada gw.
Gw hanya mengangguk pelan sambil menikmati jemari Mbak Ayik yang masih memijit-mijit batang kontolku.
“Berdasarkan
pengamatan saya, kebanyakan orang yang mempunyai kontol besar mempunyai
keinginan yang besar pula. Saya yakin, kali ini Pak Andika pasti akan
bisa jadi Pegawai Negeri.” kata Mbak Ayik menjelaskan. “Tapi sekarang,
biarkan saya bersenang-senang dulu dengan kontol Pak Andika yang besar
ini!”
Mbak
Ayik mengambil posisi duduk di atas paha gw. Perlahan-lahan beliau
meraih kejantananku dan membimbingnya menuju ke liang sugawinya yang
sudah basah. Dia terlihat meringis saat ujung kontolku mulai memasuki
memiawnya yang hangat.
Entah
karena memiaw Mbak Ayik yang sempit, ataukah karena kontolku yang
besar, proses penetrasi itu berjalan dengan lambat namun nikmat. Mbak
Ayik tampak susah payah berusaha agar batang kontolku bisa masuk utuh ke
dalam memiawnya. Sampai akhirnya…
“Aaougghh….
aduh Pak Andika ! Gede banget kontolmu!” tubuh Mbak Ayik yang mulus
tampak berkilat-kilat oleh cucuran keringatnya. Beberapa kali ia
menghirup nafas dalam-dalam sambil membiarkan batang kontolku terbenam
dalam rongga memeknya yang sempit. Beberapa saat kemudian Mbak Ayik
mulai beraksi. Dengan kedua tangannya bertumpu pada dada bidangku,
beliau mulai mengayunkan pantatnya naik-turun.
“uuhhhhh…
ohhhhhhhh…!” Gw mendesah-desah keenakan. Kedua tanganku memegang
pinggul Mbak Ayik untuk mengatur gerakan naik-turunnya. Sesekali
tanganku juga merayap naik, menggapai dua buah benda kenyal yang
melambai-lambai indah seiring dengan gerakan naik turun tubuhnya. Dengan
liar Mbak Ayik menghentak-hentakkan pantatnya, meliuk-liuk di atas
tubuhku, seperti seekor ular betina yang tengah membelit mangsanya.
Terkadang beliau juga membuat goyangan memutar-mutar pantatnya sehingga
jepitan memeknya terasa mantap. Batang kontolku terasa seperti di
pelintir dan dipijit-pijit di dalam lubang kenikmatan itu. Terasa sangat
hangat dan nikmat. Ooouuuhhh…
Semakin
lama gerakan Mbak Ayik semakin liar tak terkendali. Menghujam-hujam
kejantananku semakin dalam dan mentok sampai dinding terdalam rongga
memeknya. Nafas kami juga semakin memburu, seperti bunyi lokomotif tua
yang berjalan dengan sisa-sisa tenaganya.
“Oh, Pak Andika …, saya…sudah…nggak kuat…lagi…!
Mbak
Ayik menjerit nikmat berbarengan dengan muncratnya magma panas dari
dalam rahimnya. Beliau mencengkeram kuat-kuat dada gw. Seolah ingin
menancapkan kuku-kukunya ke dalam bukit dada gw.
“Ooohhh… sebentar lagi Mbak! Saya juga sudah mau keluar… ooohhh… yeaahhh….!”
Gw
juga mempercepat gerakanku. Meskipun Mbak Ayik terlihat lelah, namun gw
masih bisa menopang tubuhnya dan menggerakkan pinggulnya ke atas dan ke
bawah. Beberapa menit kemudian, gw merasakan batang kontolku semakin
mengencang dan mulai berdenyut-denyut. Gw segera mempercepat gerakanku.
Kuhentak-hentakkan tubuh Mbak Ayik . Bunyi berkecipak semakin terdengar
nyaring. Sampai akhirnya…..
“Saya…
keluar Mbak! Oogghhh…!” gw meregang nikmat bersamaan dengan
menyemburnya sperma di dalam rongga kenikmatan Mbak Ayik . Seketika
tubuhku lemas. Gw sudah tak mampu lagi menopang beban Mbak Ayik yang
berada di atas tubuhku. Beliau ambruk menindih tubuhku sementara batang
kejantananku masih tetap menancap di memeknya yang hangat. Dalam hati gw
kagum dengan wanita ini. Beliau telah memberikan pengalaman baru dalam
bercinta. Belum pernah gw merasakan pengalaman senikmat ini dalam
berhubungan sex.
“Pak Andika memang benar-benar hebat!” kata Mbak Ayik sambil membelai dan sesekali menciumi bulu-bulu halus di dadaku.
“Mbak
juga hebat! Belum pernah saya sepuas ini, Mbak!” Gw mengecup kening
beliau dan membelai-belai rambut dan Tokednya yang terurai panjang. Tak
berapa lama kemudian kami pun terlelap saling berpelukan.
Entah
sudah berapa lama gw terpejam, ketika gw merasakan sesuatu yang merayap
di atas perutku. Sesuatu yang hangat dan lembut. Perlahan gw membuka
mataku, ternyata Mbak Ayik tengah asyik menciumi, menjilati dan melumat
permukaan kulit perut sixpackku.
“Aahhh…, Mbak Ayik masih pengen nambah lagi?” desahku pelan.
Mbak Ayik tersenyum manja, “Habis…, kontol Pak Andika guede sih! Siapa sih yang gak ketagihan ama kontol segede ini!”
“Ah,
Mbak Ayik ini bisa aja!” gw hanya merem melek, menikmati tangan beliau
yang bermain main nakal di selangkanganku. Dengan lembut Beliau membelai
kejantananku dan mengurut-urutnya dengan jempol dan telunjuknya. Terasa
nikmat memang. Mbak Ayik bertambah antusias ketika batang kontolku
mulai membesar dan mengeras. Dan dengan rakus, Mbak Ayik mulai
menjilatinya, melumat dan mengocok kejantananku dengan mulut mungilnya.
“Aaahhh…, aaahhh…, enak Mbak! Oohhh…!” gw hanya bisa mengerang keenakan.
“Hhhhmmm…., Pak Andika mau yang lebih enak lagi?” tanya Mbak Ayik menggoda.
“Emang ada yang lebih nikmat, Mbak?”
“Coba
Pak Andika berdiri!” gw menuruti perintah Mbak Ayik . Dengan kondisi
tubuhku masih telanjang bulat, gw berdiri di atas ranjang. Sementara
itu, Mbak Ayik yang berlutut di hadapanku tampak memandangi batang
kejantananku yang sudah berdiri mengangguk-angguk. Perlahan-lahan Mbak
Ayik meraihnya dan mengocoknya dengan lembut. Kukira beliau akan
memasukkan batang kontolku ke dalam mulutnya, tapi ternyata tidak.
Beliau ternyata malah menggosok-gosokkan batang kontolku di permukaan
Tokednya yang lembut.
“Oohhh…. yaaahhh! Enak banget Mbak!”
“Ini
masih belum seberapa, Pak ! Coba Pak Andika rasakan yang ini…” Mbak Ayik
menggeser batang kontolku dan menyelipkannya di antara belahan
Tokednya. “Sekarang, coba ayunkan pantat Mas Andika !”
Gw
menurut saja. Perlahan-lahan gw mengayunkan pantatku maju dan mundur,
sementara Mbak Ayik menekan-nekan Tokednya kencang sehingga batang
kontolku terasa terjepit-jepit diantara susunya yang kenyal.
“Oouuhhh…!
Mbak Ayik memang benar-benar pandai memanjakan pria! Ini benar-benar
luar biasa, Mbak!” gw mendesah-desah nikmat. Susu Mbak Ayik yang
menekan-nekan kontolku membuat diriku serasa melayang. Lama juga kami
melakukan foreplay ini. Sampai akhirnya Mbak Ayik meminta gw untuk
segera menuntaskan permainan itu.
“Aahhh…,
Pak Andika ! Mbak sudah kepengen banget nih!” rengek Mbak Ayik . Beliau
melepaskan jepitan susunya dan kemudian mengambil posisi seperti orang
sedang menungging. Meskipun gw masih belum begitu pengalaman, namun gw
sudah pernah melihat posisi seperti itu dalam film porno. Perlahan-lahan
gw membimbing kejantananku yang sudah berdiri keras ke arah lubang
kewanitaan Mbak Ayik yang menganga dari belakan. Mbak Ayik tampak
menggigit bibir sendiri ketika gw mulai menggesek-gesekkan ujung
kontolku di bibir memeknya.
“Ooouhhh…, ooohhh…! Cepetan masukin dong Pak !” rengek Mbak Ayik .
Pelan-pelan kutusukkan ujung kejantananku ke arah memek Mbak Ayik yang memerah.
“Aahhhh…!”
gw melenguh nikmat. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, tapi Mbak
Ayik masih memiliki memiaw yang seret lagi keset. Jepitannya masih
terasa kuat, seolah-olah ingin meremukkan batang kontolku. Terlebih
ketika seluruh batang kontolku tertanam dan terhisap di dalam rongga
memiawnya. Sesaat gw membiarkan kontolku tertancap. Kemudian, pelan tapi
pasti gw mulai mengayunkan pantatku maju-mundur.
“Aaaahhhh…,
yeaahhh….! Sodokanmu mantep banget Pak Andika , Ooohhh…!” Mbak Ayik
mengoceh tak karuan. Ah-uh-ah-uh, oh-yeh-oh-yeh! Beliau juga hanya bisa
meremas-remas seprei kusut itu saat gerakanku mulai cepat. Lama juga
kami bermain dalam posisi doggy itu, sampai akhirnya Mbak Ayik terlihat
sangat lelah.
“Aduh…, Oouhhh… kita istirahat dulu ya sayang! Ooohhh…!”
Gw
mencabut kontolku, sedangkan Mbak Ayik terguling ke samping dan terkapar
dengan tubuh bersimbah keringat. Payudaranya yang montok tampak naik
turun seiring dengan deru nafasnya yang terengah-engah. Setelah mengatur
nafas beberapa saat, gwpun mulai melanjutkan aksiku. Kubentangkan kaki
Mbak Ayik ke samping lebar-lebar, kuangkat kaki kanannya dan kuletakkan
di atas bahuku. Perlahan-lahan kutarik pinggang Mbak Ayik dan kuarahkan
batang kontolku menuju liang surgawinya yang menganga, dan sleeeep…!
Kembali kejantananku tertanam dalam lobang hangat itu.
“Aduuhh…, pelan-pelan dong sayang!” rintih Mbak Ayik .
Kembali
gw ayunkan pantatku perlahan-lahan namun pasti. Mbak Ayik yang berada
di bawahku tampak kelojotan menikmati aksiku ini. Terlebih ketika gw
membercepat ayunanku dan menekan kuat-kuat batang kontolku ke dalam
rahimnya. Beliau hanya bisa mengerang nikmat sambil mencengkeram
kuat-kuat otot-otot lengan dan dadaku. Sambil terus bergerak maju
mundur, seskali gw meremas-remas, menjilat, dan menciumi Tokednya.
“Iyaah…aaghhh!
Terus sayang…yahhh…yaahh…oouugghhh…. !” Mbak Ayik mengoceh tak karuan.
Namun gw tidak menghiraukannya. Gw terus memompa tubuh seksinya dengan
gerakan mengorek-ngorek lubang nikmat itu. Semakin lama gerakanku
semakin liar.
“Ooohh…, Pak ! Saya sudah nggak sanggup lagi…., Ooohhh…., saya mau keluarrr….!”
Gw
merasakan dinding-dinding memek Mbak Ayik mengerut dan berdenyut-denyut,
mencengkeram dan meremas-remas batang kontolku dari dalam. Semakin lama
kedutan memek Mbak Ayik semain cepat, hal yang sama juga terjadi
padaku. Batang kontolku sudah terasa ngilu dan berdenyut-denyut. Sampai
akhirnya…..
“Aaarrggghhh….!
Gw keluar lagi Pak !” Mbak Ayik menjerit puas. Gw semakin mempercepat
gerakanku, mengoyak-ngoyak isi memek Mbak Ayik . Namun sebelum sperma
keluar, gw segera mencabut kontolku. Sambil mengocoknya dengan tanganku,
gw menyodorkan batang kontolku ke bibir Mbak Ayik yang terbuka. Gw
semakin mempercepat kocokan tanganku sampai akhirnya….
“Aaaaggghh….aaaghh….aaaghhh…!”
Crot…crot…croottt!
Cairan putih kental muncrat beberapa kali ke mulut Mbak Ayik . Tanpa
rasa jijik beliau menelan habis spermaku, kemudian menjilati sisanya
yang masih menempel di batang kontolku.
Seketika tubuhku lemas, tulang-tulangku seolah rontok. Dan gw pun terkapar di sisi Mbak Ayik .
“Oh,
Pak Andika benar-benar perkasa! Terima kasih ya Pak !” gw memeluk tubuh
Mbak Ayik dan mencium keningnya. Beliau tampak tersenyum puas sambil
meletakkan kepalanya di atas dadaku dan mengusap-usap bulu-bulu halus di
atasnya.
“Kalau saya berhasil jadi Pegawai Negeri, Mbak Ayik mau minta apa?” tanyaku kemudian.
Mbak
Ayik bangkit dan duduk bersimpuh di sampingku. “Saya tidak minta apa-apa
kok, Pak !” beliau tersenyum, “Pak Andika tidak perlu membelikan saya
apapun! Saya cuma minta ini…..” Mbak Ayik meraih kontolku yang terkulai
tak berdaya. Kemudian mengurut-urutnya dengan jemarinya yang lentik.
“Maksud Mbak Ayik ?” tanyaku tidak mengerti.
“Kalau
Pak Andika berhasil jadi PNS, saya cuma ingin Pak Andika mengunjungi
saya setiap seminggu dua sampai tiga kali, memberi saya jatah untuk
dient*t pakai punya Pak Andika yang besar dan panjang ini…..” lanjut
beliau sambil menjilati sisa-sisa sperma yang masih lengket di batang
kontolku.
“Ah, kalau itu sih gampang! Dengan senang hati saya akan selalu siap melayani mbak!”
Mendengar
jawabanku Mbak Ayik kegirangan. Dan beliau kembali menggugah birahiku
dengan memberikan kuluman dan kocokan di batang kontolku. Beberapa
minggu kemudian akhirnya gw benar-benar lolos menjadi PNS. Dan setelah
dilaksanakan pelantikan, gw memenuhi janjiku kepada Mbak Ayik . Setiap
kali ada kesempatan, gw selalu berkunjung ke tempat Mbak Ayik . Tentu
saja untuk memberinya kepuasan. Dan selama berhubungan dengannya, beliau
masih saja mengakui kejantananku dalam bermain cinta! Cerita Ngentot
Dukun Sexy kali ini demi cita citaku menjadi seorang PNS